Jawa Pos adalah surat kabar harian yang berpusat di Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Jawa Pos merupakan salah satu perusahaan media tertua di Jawa Timur yang masih beroperasi, dan merupakan surat kabar dengan oplah terbesar di Indonesia dengan sirkulasi rata-rata mencapai 842.000 per hari menurut Nielsen Consumer & Media View (CMV).
Surat Kabar Jawa Pos juga terbit dalam bentuk daring di alamat www.jawapos.com yang dikelola oleh PT Jawa Pos Grup Multimedia. Selain itu, ada e-paper Jawa Pos yang berisi konten surat kabar harian Jawa Pos dalam bentuk teks, gambar, dan format koran. Harian Jawa Pos adalah koran di Indonesia yang diaudit oleh KAP Jimmy Budhi dan Rekan.
Ide awal penerbitan harian ini datang dari The Chung Shen. Seluruh kegiatan operasional Java Post dilakukan di kawasan Kembang Jepun 166 Surabaya, yang sebelumnya merupakan gedung Bank Taiwan. Peresmian gedung Java Post dilakukan 26 Juni 1949. Kemunculan Java Post menjadi penting dalam perkembangan pers di Indonesia kala itu lantaran semakin memperkaya jumlah surat kabar di Indonesia yang terbit dalam suasana perang kemerdekaan.
The Chung Shen (Suseno Tedjo) adalah seorang pengusaha kelahiran Bangka. Dia awalnya bekerja sebagai akuntan di perusahaan New China di Suikerstraat 2 Surabaya (sekarang Jalan Gula). Pengalaman itu turut berperan membentuk kemampuan manajerial The Chung Shen yang teliti, cekatan, dan rapi. Namun, ketertarikan The Chung Shen terhadap dunia surat kabar bermula ketika bekerja di salah satu kantor film di Surabaya. Tugasnya kala itu adalah menghubungi berbagai surat kabar guna memastikan iklan film yang dipasang kliennya dimuat tepat waktu. Perlahan tapi pasti, The Chung Shen mulai jatuh cinta pada dunia persuratkabaran dan merasa tertantang untuk memulai korannya. The Chung Shen sadar pekerjaannya itu tidak akan mudah.
Pada awal revolusi Indonesia, Surabaya sudah memiliki beberapa koran berbahasa Indonesia yang mumpuni dengan oplah cukup besar seperti Pewarta Soerabaia dan Trompet Masjarakat. Namun, The Chung Shen jeli melihat peluang yang ada. Dia melihat, sekalipun Surabaya memiliki populasi Tionghoa yang tergolong banyak, hanya ada satu koran Mandarin yang terbit di sana kala itu, yakni Tsing Kwang Daily Press (terbit 11 Januari 1946).
Memanfaatkan keterbatasan tersebut, The Chung Shen lantas mendirikan koran pertamanya yang diberi nama Chinese Daily News (Hua Chiao Hsin Wen). The Chung Shen bertindak selaku direktur, sementara Chan Ping Hung menjabat pimpinan redaksi. Tidak butuh waktu lama bagi harian ini menuai kesuksesan. Pada 1948, Chinese Daily News sudah menjadi surat kabar berbahasa Tionghoa terbesar di Surabaya yang dibaca seluruh penutur bahasa tersebut di Jawa Timur.
Tiga tahun berselang, The Chung Shen mengajak Goh Tjing Hok, mantan wartawan Sin Min (Semarang), dan Tan Boen Aan, seorang insinyur lulusan Technische Hoogeschool (sekarang ITB Bandung), untuk mendirikan Java Post. Goh menempati posisi pemimpin redaksi. Tan menjadi salah seorang wartawan andalan koran tersebut. Peresmian Java Post dilakukan pada 26 Juni 1946. Gedung Java Post di Kembang Jepun pun disulap menjadi lokasi resepsi yang mampu menampung ratusan tamu undangan.
Tercatat, sejumlah tamu kehormatan turut hadir dalam acara tersebut seperti A.M. van Liere (residen Surabaya), R.T. Djoewito (pimpinan sementara Parlemen Jawa Timur), Indra Kasoema (wali kota Surabaya), hingga berbagai wartawan dari seantero Jawa Timur. De Vrije Pers, salah satu koran Belanda terkemuka di Jawa Timur, menyebut Java Post sebagai aset berharga Jawa Timur.
”Bila Java Post mampu mempertahankan kualitasnya seperti Chinese Daily News, koran ini akan mampu bersaing dan bertahan lama di Surabaya,” tulis De Vrije Pers. Prediksi tersebut terbukti tepat. Java Post terbukti mampu berumur panjang. Malahan, pada 19 Februari 1954, Naamloze Vennotschap (N.V., perseroan terbatas), perusahaan penerbitan Java Post, resmi mengakuisisi seluruh aset De Vrije Pers setelah koran ini mengalami kesulitan finansial. Di gedung De Vrije Pers di Kaliasin 52, dilakukan serah terima resmi dari J.A. Wormser selaku pemilik De Vrije Pers ke The Chung Shen.
Setelah berpindah kantor ke Jl. Karah Agung 45, mulai 1997, koran Jawa Pos berkantor pusat di Gedung Graha Pena Jl. Ahmad Yani 88 Surabaya.
Kepemimpinan Dahlan Iskan
Pada tahun 1982, Eric F.H. Samola, waktu itu adalah Direktur Utama PT Grafiti Pers (penerbit majalah Tempo) mengambil alih Jawa Pos. Dengan manajemen baru, Eric mengangkat Dahlan Iskan, yang sebelumnya adalah kepala biro Tempo di Surabaya untuk memimpin Jawa Pos. Dahlan Iskan adalah sosok yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 eksemplar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar.
Lima tahun kemudian terbentuklah Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia, di mana memiliki lebih dari 80 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia. Pada tahun 1997, Jawa Pos pindah ke gedung yang baru berlantai 21, Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit di Surabaya. Tahun 2002 dibangun Graha Pena di Jakarta. Dan, hingga saat ini bermunculan gedung-gedung Graha Pena di hampir semua wilayah di Indonesia.
Tahun 2002, Jawa Pos Group membangun pabrik kertas koran yang kedua dengan kapasitas dua kali lebih besar dari pabrik yang pertama. Kini pabrik itu, PT Adiprima Sura Perinta, mampu memproduksi kertas koran 450 ton/hari. Lokasi pabrik ini di Kabupaten Gresik, hanya 45 menit bermobil dari Surabaya.
Setelah sukses mengembangkan media cetak di seluruh Indonesia, pada tahun 2001 Jawa Pos Group mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, yang kemudian diikuti Batam TV di Batam, Riau TV di Pekanbaru, Fajar TV di Makassar, PALTV di Palembang, PJTV di Bandung, Padang TV di Padang, TVTPI di Tanjungpinang serta berbagai stasiun televisi lokal lainnya yang merupakan anak usaha Jawa Pos Group di berbagai daerah di Indonesia pada tahun-tahun berikutnya.
Memasuki tahun 2003, Jawa Pos Group merambah bisnis baru: Independent Power Plant. Proyek pertama adalah 1 x 25 MW di Kab. Gresik, yakni dekat pabrik kertas. Proyek yang kedua 2 x 25 MW, didirikan di Kaltim, bekerjasama dengan perusahaan daerah setempat.
Pada tahun 2008, Jawa Pos Group menambah stasiun televisi baru: Mahkamah Konstitusi Televisi (MKtv) yang berkantor di Gedung Mahkamah Konstitusi Jakarta.
Pada tahun 2009, Jawa Pos Group menambah data center baru: Fangbian Iskan Corporindo (FIC) yang berkantor di Gedung Graha Pena Surabaya. Kini, Jawa Pos hadir dengan stasiun televisi Jawa Pos TV dan acara utamanya Nusantara Kini yang di sebagian akhir acaranya mengundang Redaktur Harian Jawa Pos untuk memberikan informasi yang akan ditampilkan di Koran Jawa Pos.